this my blog

Rabu, 01 Juni 2016

MY LOVE FROM THE KERATON

MY LOVE FROM THE KERATON “Apa yang kalian bayangkan jika hidup di keraton ? apakah makanan yang enak?, dihormati dan di hargai orang lain? Atau hidup penuh dengan pengawal dan pembantu?.” “bukankah memang seperti itu nek?” “ya, memang seperti itu. tetapi ada hal yang lebih mendalam dari itu.” “apa itu nek? ” “cinta”. “ayo, ceritakan nek!,tomi sudah berusia 17 tahun sudah mengerti apa itu cinta.” “tya juga sudah berusi 16 tahun. Ayo ceritalah nek!” Delapan puluh tahun yang lalu, ketika umurku lima belas tahun aku menjadi pembantu di keraton kediri. Keraton indah dengan bangunan kayu jati megah, taman hijau yang di penuhi bunga-bunga yang indah. Aku bersama ibu mengabdikan diri disana. Romo Agung Pradibyo diningrat adalah raja di keraton kediri istrinya bernama Dewi Sekar Arum Sari. Beliau adalah raja dan ratu yang sangat baik dan ramah. Aku sangat dekat dengan Kanjeng Putri Dewi Melati putri dari Romo. Usianya pun sama denganku. Dia sangat cantik dari luar maupun dalam. Tetapi sesekali aku melihat ia selalu melamun entah apa yang ia fikirkan. Dia bagai burung dalam sangkar emas. Penuh dengan kemegahan tapi ia tidak bisa bebas Penuh aturan dan penuh kekangan. Glakkkkk..... “suara apa itu nik?” “Tidak tahu mbok, mungkin kucing.” “ Dilihat dulu sana.” “ Aku yakin kucing mbok, aku lagi nonton TV ” “kamu ini, itu TV jangan keras-keras nanti dimarahin Romo, kanjeng putri kan tidak boleh nonton begituan.” “begituan apa to mbok? Wong yo cuman TV” “sttt.. dibilangin si mbok bok yo manut to nik nik.” “iya iya mbok”. Kasihan Kanjeng Putri ya mbok, mosok nonton TV saja tidak boleh.” “malah bagus itu, biar Kanjeng putri tidak terpengaruh sama dunia luar kayak kamu ini.” “ahh, si mbok .” Dia melemparkan pandangannya di jendela. Hujan turun dengan deras saat itu. tiba-tiba matanya berkaca-kaca aku tak tahu apa yang arus kulakukan. Tangan dikeluarkanya ke jendela dan merasakan hujan jatuh di tangannya. “ hahhhhh, seperti inikah sebagian kecil dari rasa kebebasan, Nik?” “ tangannya jangan dihujan-hujankan kanjeng putri nanti masuk angin.” “ jangan melarang-arang seperti Romo,Nik!” “ maaf kanjeng putri.” “bagaimana kelanjutan sinetron ku kejar cinta sejatinya, Nik!” “bagaimana kanjeng putri tahu sinetron itu, bukankah kanjeng putri tidak boleh nonton TV?” “sebenarnya aku diam-diam nonton itu di TV mu.” “maaf jika saya lancang menonton TV di kediaman kanjeng putri.?” “ tidak apa-apa, custru aku malah senang, kalau kamu yang nontonkan aku tida kena marah Romo. Bagaimana kelanjutannya?” “ karena jono sangat encintai nurma maka ia berjalan kaki pergi menumui cinta sejatinya itu walau jagad dan samudra harus ia lalui.” “ indah sekali kisah cinta mereka. aku ingin menjali cinta seperti mereka.” “ ampun segala ampun kanjeng putri, tetapi kehidupan di dunia tidak selama seindah kisah sebuah dongen.” “ menurutku itu lebih menarik dari pada di jodohkan seperti ini. Aku tak tahu hidung, mulutnya bahkan aku tak tahu namanya.” “ tapi aku yakin Romo Gusti pasti mencarikan jodoh yang terbaik untuk kanjeng putri.” “tapi bagaimana dengan cinta sejatiku?” “mungkin yang dijodohkan dengan kanjeng putri adalah cinta sejati putri.” “ aku kan tidak mencintainya.” Air matanya benar-benar pecah, ia menangis hingga membuatnya sulit bernafas. Hari yang cerah untuk acara pertunangan. Semua orang tampak sibuk. Akupun sibuk membantu persiapan kanjeng putri. Aku harus terus mengulangi riasan karena putri selalu menangis. “ kanjeng putri jangan menangis lagi “ “aku tidak mau menikah seperti ini,nik. Ayo kita melarikan diri!” “jangan gila! Eh maksudku jangan seperti itu kanjeng putri, kalau Romo Gusti tahu kanjeng putri dan aku bisa dalam bahaya.” “ maka dari itu jangan sampai Romo tahu.” Tanganku digenggam erat, kami menyelundup keluar pelan-pelan. Ketika berhasil keluar kami hanya terus berlari tanpa tujuan. “ Ayo kita naik bus itu.” “tapi kita mau kemana kanjeng putri.” “ sudah, ayo!”. Begitu kami masuk bus yang penuh sesak dan setiap pasang mata menatap curiga dan juga berbisik-bisik sinis. Aku tahu mereka semua pasti mengomentari pakaian kami karena memakai kebaya kuno. Kalau aku bisa memaklumi itu tapi putri benar-benar tidak merasa nyaman disana. “ ahhh...” putri hendak terjatuh karena bus berhenti mendadak. Itu membuat setiap orang semakin menatapnya tajam. “ pegangan denganku kanjeng putri.” “kenakan ini!” laki-laki tampan berpenampilan seperti preman memberikan jaket kulit kepada putri. Putri menatap laki-laki itu sampai tak berkedip. “ terima kasih”. “pak stop! Laki-laki itu turun dari bus. “ayo turun, Nik!” “ memangnya kita mau kemana” “mengikuti laki-laki itu” “hahhhhh”. Kami mengikuti laki-laki itu, aku tak tahu apa yang ada dipikiran putri. Laki-laki itu sesekali menoleh kebelang dan tetap melanjutkan jalannya. Begitu sudah sampai di sebuah rumah dia berhenti dan berbalik. “ hei, kenapa kalian mengikutiku? Oh aku tahu, kamu ingin mengembalikan jaketku, sudahlah ambil saja.” “bukan, aku ingin tinggal bersamamu.” “hahhhhh??, apa temanmu ini gila.” “ maksuadku kita berdua mau tinggal bersamamu.” “ sial, apa orang tuamu tidak mengajari tentang orang asing?” “aku sangat belajar dengan baik tentang hal itu.” “apa kau tidak berfikir bahwa aku orang jahat?” “tidak” “bagaimana kamu tahu, kau baahkan belum tahu namaku.” “karena aku mempercayaimu.” “ kamu ini poloa atau bodoh sih, hahh”. Rumahnya cukup luas dengan tiga kamar untuk orang tinggal sendirian. Tetapi rumahnya sangat kotor dan berantakan. Baju, bungus-bungkus makanan memenuhi ruangan. “ maaf kalau kalian harus melihat rumahku yang berantakan dan sekarang kalian harus rajin membersihkannya seperti janji kalian tadi,” “iya aku tahu, tapi bisakah ambilkan aku minum dulu aku haus sekali.” “ambillah sendiri di dapur dan bersihkan tubuhmu dulu sebelum membersihkan rumahku. Oh ya, siapa namamu.” “Namanya kanje..” “namuku putri. Kamu?” “kevin, kalau kamu?” “nanik” “kamu itu temannya atau pengawalnya sih?” “ya temanku lah” “hei, aku bertanya pada temanmu.” “iya, temannya kok.” Aku bertanya-tanya mengapa ia percaya kepada orang yang belum ia kenal. kevin memang keren dan tampan tetapi tampangnya kan seperti preman pasar gembrong. “Nik, disini kamu harus memanggilku putri saja kamu mengertikan?” “tapi kanjeng putri” “pokoknya jangan sampai kelvin tahu kalo aku anak keraton.” “baiklah kanjeng eh putri”. “rapikan ya nik” “iya putri”. Kevin melemparkan dua pasang baju. “ pakai baju ini, hanya itu yang aku punya. Kenapa gag mau? Ya sudah bawa sini” “ tidak aku suka, terima kasih”. Dari tatap mata putri aku tahu kalau dia mencintai kevin. Tapi kelvin dengan cuek mengartikan rasa dari putri. Semua ruangan sudah selesai aku bersihkan. Putri tertidur pulas dikamar. Dia sangat kecapekan karena berlari tadi. Saat aku hendak membuka pintu kamar mandi tiba-tiba pintu membuka dihadapanku kevin habis mandi dan masih memakai handuk. Aku terkejut dan berbalik. “ hei, jangan pakai handuk seperti ini lagi.” “memangnya kenapa, inikan rumahku.” “ iya, tapi kan disini ada dua gadis “ “iya iya aku paham.” Hatiku berdebar kencang . Kami bertiga siap bersarapan. Hanya ada roti dan selai coklat di meja. Suasana tampak canggung. Putri sesekali melirik kearah kevin yang sedang sarapan sambil memainkan tabletnya. Ketika mata mereka saling bertemu. Putri tersedak makanannya. Aku segera mengambilkan air untuknya. “ hei, kau melihatku sampai tersedak seperti itu? “ “ tidak aku cuman kaget. kamu tadi juga memandangku kenapa? “ “ aku kan punya mata “ “alasan, kamu suka kan denganku?” “hahaha suka?, kau sebenarnya polos atau bego sih, walaupun kamu bersujud tiga hari tiga malam di depan rumahku aku takkan mencintaimu.” Putri pergi sambil mengusap air matanya yang menetes. “hei, apakah omonganku salah? Itu adalah jawaban jujur.” “walaupun kejujurannya seperti itu setidaknya kosa kata yang baik mas kevin.” “haah, kenapa jadi gini sih. Dasar cewek.” Semua baju dikeluarkan dari lemari dan di masukkan ke tas. Putri sesekali menahan isak tangisnya. “ putri tidak apa-apa?” “iya nik, kita pulang saja. Pencarian cinta sejatiku semua sia-sia.” “putri menyukai mas kevin kan?” “iya nik, tapi apa yang bisa kuperbuat kalau dia tak mencintaiku.”. di pintu kevin mendengar pembicaran mereka ia merasa bersalah dengan putri.

0 komentar:

Posting Komentar