this my blog

Rabu, 18 Mei 2016

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR “DIFUSI DAN OSMOSIS”


LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
“DIFUSI DAN OSMOSIS”
 








NAMA: DIYAH AYUK WULANDARI
NIM: 150210103008
KELAS: C
KELOMPOK: 1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I.                   JUDUL
Difusi dan osmosis

II.                TUJUAN
Untuk memahami permasalahan yang terjadi dalam percobaan mengenai difusi dan osmosis.

III.             DASAR TEORI
Menurut (loveless,1991: 135), jika suatu zat dapat bergerak bebas tanpa hambat oleh gaya tarik, maka jangka waktu tertentu partikel-partikel itu akan tersebar merata dalam ruang yang ada. Sampai distribusi merata seperti itu terjadi, akan terdapat lebih banyak partikel yang bergerak dari daerah tempat partikel itu lebih pekat ke daerah yang partikelnya kurang pekat, lalu terjadi sebaliknya, dan secara menyeluruh gerakan partikel pada arah tertentu disebut difusi. Difusi dapat terjadi pada materi padat, cair dan gas. Menurut (Yatim, 1996:202), melihat kepada ada tidaknya pembawa (carrier) pada membran maka difusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu difusi bebas dan difusi terikat. Difusi bebas ialah difusi zat tanpa kemudahan dari protein pembawa pada membran. Sedangkan difusi terikat ialah difusi yang dipermudah atau diberi fasilitas oleh protein pembawa dalam membran.
Difusi merupakan proses fisik yang dapat diamati dengan beberapa tiap molekul. Sebagai contoh, ketika cat warna di tempatkan dalam air molekul zat warna dan molekuair bergerak dalam berbagai arah, yang arahnya dari daerah dengan konsentrasi lebih rendah. Akhirnya, zat warna larut dalam air, menghasilkan larutan berwarna (Rachmadiarti, 2007:69). Kecepatan difusi tergantung pada kekompakan partikel yang menyusunnya. Pada medium cair kita kenal adanya dua macam kepekatan larutan yaitu hipertonik dan hipotonik (Lelono, 2002:22).
Sedangkan menurut (Suryadi, 2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu:
1.      Ukuran partikel.semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu bergerak, sehingga kecepatan difusi tinggi.
2.      Ketebalan membran. Semakin tebal membran semakin lambat kecepatan difusi.
3.      Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4.      Suhu. Semakin tinggi suhunya, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka semakin cepat pula kecepatan difusinya.
5.      Jaarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi semakin lambat kecepatan difusinya.
6.      Perbedaan konsentrasi, makin besar perbedaan konsentrasi antara dua bagian, makin besar proses difusi yang terjadi
Pada hakikatnya osmosis adalah suatu proses disfusi. Para ahli kimia mengatakan bahwa osmosis adalah difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara diferensiasial. Dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah.  Perlu di tekankan bahwa konsentrasi disini, adalah konsentrasi pelarutnya, yaitu air dan bukan konsentrasi dari zat yang larut (molekul, ion) dalam air itu. Pertukaran air antara sel dan lingkungannya adalah suatu faktor yang begitu penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis (Kimbal, 1983:123). Proses osmosis berbeda dengan difusi karena yang berpindah adalah zat pelarutnya semisal air dan alkohol (Lelono, 2002:22).
Tekanan osmotik adalah kekuatan yang disebabkan air yang bergerak pada semua arah (Rachmadiarti, 2007:71). Dalam keadaan biasa sel menjaga suasana yang isotonis dengan cairan medium. Sel hidup selalu berupaya untuk menjaga tekana osmosanya sesuai dengan cairan medium. Jika ada gangguan pada tekanan osmosa itu sel pun akan rusak. Upaya menjaga tekanan osmosa ini tergolong pada sifat homostasis. Kalau elektrolit orang dimasukkan ke dalam larutan garam yang hipertonis terhadap sitoplasma elektrolit itu, maka air kan merembes keluar, sehingga terjadi pengerutan. Berkerutnya sel oleh keluarnya air disebut krenasi. Kalau eritrosit dimasukkan ke dalam larutan yang hipotonis terhadap sitoplasma eritrosit, air merembes masuk, sehingga sel menjadi menggelembung, akhirnya pecah (mengalami lisis). Peristiwa ini di sebut haemolysis (haem = darah, haemoglobin, lysis = pecah, hancur). Kalau bukan eritrolit yang pecah oleh larutan hipotonis, secara umum disebut cytolyssis (cyto = sel) (Yatim, 1996:205-206).
Menurut () menjelaskan bahwa dua faktor penting yang mempengaruhi osmosis adalah: Kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel. Osmosis adalah gerakan suatu materi, misalnya air melintasi suatu selaput atau membran. Air selalu bergerak melewati membran ke arah sisi yang mangandung jumlah materi terlarut paling banyak dan kadar air paling sedikit. Dalam percobaan ini, materi terlarut adalah garam. Garam dan air adalah dua dari bahan-bahan kimia yang ada pada kentang. Irisan-irisan kentang yang diletakkan dalam mangkuk air tawar akan mempunyai kadar air semula ditambah dengan air dari mangkuk yang masuk ke dalam irisan melalui membran sel.
Perbedaan antara difusi dan osmosis adalah, pada proses osmosis ditandai adanya pergerakan molekul yang melewati membran hidup dan ini hanya terjadi secara alami pada materi hidup. Berbeda dengan proses difusi yang dapa terjadi baik pada benda hidup maupun tak hidup (Lelono, 2002:23). Guna sel membran adalah sebagai transpor (pemasukan dan pengeluaran) bahan-bahan makanan dan sisa makanan dalam sel. serta memberi bentuk sel. Bahan yang penting dalam sel membran yang berguna untuk transpor adalah fosfolipid (Alkatiri, 1996:13).

IV.             METODE PRAKTIKUM
4.1 Alat
a.       Cawan petri
b.      Skalpel/pisau potong
c.       Gelas ukur
4.2 Bahan
a.       Kentang
b.      Garam dapur halus
c.       Air







Menyiapkan dua butir kentang, mengupas umbi kentang dan memotongnya hingga membentuk seperti kubus, atau membentuk lainnya yang penting bahan dapat berdiri menumpu salah satu bidang sayatan tanpa bergulir.
4.3 Cara Kerja


Membuat cekungan yang cukup dalam pada sisi sayatan kentang
Memberikan kedalam cekungan kentang dengan garam dapur halus sebanyak separuh cekungan, sedangkan yang lain dibiarkan kosong.
Membiarkan selama kurang lebih tiga puluh menit, kemudian mengadakan pengamatan dan mengukur kembali air dalam cawan petri setelah kentang dikeluarkan.
Meletakkan kedua kentang tersebut ke dalam cawan petri yang terlebih dahulu telah diisi air dan telah diketahui jumlahnya.
 











 
Mendiskusikan gejala apakah yang terjadi pada cekungan kedua kentang tersebut, apakah ada perbedaan? Adakah perbedaan jumlah air dalam kedua cawan petri, mengapa?
 










V.                HASIL PENGAMATAN
5.1  Mengamati percobaan difusi

Sebelum
sesudah








Keterangan:
Cawan petri yang telah diberi air sebanyak 20 ml ditetesi tinta, tetesan tinta tersebut hanya mengumpul pada satu titik.








Keterangan:
Setelah ditunggu selama 1 menit, tinta tadi yang hanya mengumpul pada satu titik menjadi menyebar ke air, yang menyebabkan air berwarna kebiruan.
Keterangan:
Pada percobaan difusi, dari kelima kelompok memiliki data hasil yang sama, maka hanya saya tunjukkan satu contoh hasil percobaan difusi.

5.2  Mengamati proses osmosis pada kentang
a.       Percobaan kelompok 1
Perubahan
sebelum
Sesudah
kentang
Kentang+garam
Kentang
Kentang+garam


Tekstur

Kaku, dengan warna kentang yang kekuningan
Kaku, dengan warna kentang yang kekuningan
Kaku, dengan warna kentang yang kekuningan
Lebih lunak, dengan warna kuning pucat.


Air

Volumenya 20 ml
Volumenya 20 ml
Volumenya 20 ml
Volumenya
< 20 ml
Cekungan terdapat air

b.      Percobaan kelompok 2
Perubahan
sebelum
Sesudah
kentang
Kentang+garam
Kentang
Kentang+garam


Tekstur

Kaku, dengan warna kentang yang kekuningan
Kaku, dengan warna kentang yang kekuningan
lunak
lunak


Air

Volumenya 20 ml
Volumenya 20 ml
Volumenya 20 ml
Volumenya 20 ml
Cekungan terdapat air
c.       Percobaan kelompok 3
Perubahan
sebelum
Sesudah
kentang
Kentang+garam
Kentang
Kentang+garam


Tekstur

Kaku, dengan warna kentang yang kekuningan
Kaku, dengan warna kentang yang kekuningan
lunak, dengan warna kentang yang lebih gelap
Lebih lunak, dengan warna kematangan.


Air

Tinggi: 0,7 cm
Tinggi: 0,7 cm
Tinggi: 0,5 cm
Tinggi: 0,5 cm
Cekungan terdapat air
d.      Percobaan kelompok 4
Perubahan
sebelum
Sesudah
kentang
Kentang+garam
Kentang
Kentang+garam


Tekstur

Kaku, dengan warna kentang yang kekuningan
Kaku, dengan warna kentang yang kekuningan
Kurang lunak, dengan warna kentang yang kekuningan
Lebih lunak, dengan warna kentang yang kekuningan


Air

Tinggi: 5 mm
Tinggi: 5 mm
Tinggi: 4 mm
Tinggi: 4 mm
e.       Percobaan kelompok 5
Perubahan
sebelum
Sesudah
kentang
Kentang+garam
Kentang
Kentang+garam


Tekstur

Kaku, dengan warna kentang yang kekuningan
Kaku, dengan warna kentang yang kekuningan
Kaku dan keras
Lebih halus dan  lunak


Air

Volumenya 20 ml
Volumenya 20 ml
Volumenya <20 ml dan keruh
Volumenya
< 20 ml dan keruh
Cekungan terdapat air

VI.             PEMBAHASAN
Difusi adalah gerakan molekul dari konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah, yitu penurunan gradien konsentrasi sampai mencapai keseimbangan dan penyebaran. Jika suatu zat dapat bergerak bebas tanpa hambat oleh gaya tarik, maka jangka waktu tertentu partikel-partikel itu akan tersebar merata dalam ruang yang ada.  Difusi merupakan proses fisik yang dapat yang dapat diamati dengan beberapa tipe molekul. Tiap molekul bergerak secara lurus sampai ia bertabrakan dengan molekul lainnya. Pada setiap tabrakan molekul terpental dan menuju kearah yang lain, hal inilah yang menyebabkan gerakan acak dari molekul suatu zat yang ditimbulkan oleh suatu gaya yang identik dengan energi kinetik.
Melihat pada ada tidaknya pembawa (carrier) pada membran maka difusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu difusi bebas dan difusi terikat. Difusi bebas ialah difusi zat tanpa kemudahan dari protein pembawa pada membran, zat itu bebas berdifusi sendiri. Sedangkan difusi terikat ialah difusi yang dipermudah atau diberi fasilitas oleh protein pembawa dalam membran. Tidak ada pembawa itu tidakada difusi.
Pada hakikatnya osmosis adalah suatu proses disfusi. Osmosis adalah difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara diferensiasial. Dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah.  Perlu di tekankan bahwa konsentrasi disini, adalah konsentrasi pelarutnya, yaitu air dan bukan konsentrasi dari zat yang larut (molekul, ion) dalam air itu. Pertukaran air antara sel dan lingkungannya adalah suatu faktor yang begitu penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis. Proses osmosis berbeda dengan difusi karena yang berpindah adalah zat pelarutnya semisal air dan alkohol.
Dalam keadaan biasa sel menjaga suasana yang isotonis dengan cairan medium. Sel hidup selalu berupaya untuk menjaga tekanan osmosanya sesuai dengan cairan medium. Jika ada gangguan pada tekanan osmosa itu sel pun akan rusak. Upaya menjaga tekanan osmosa ini tergolong pada sifat homostasis. Kalau elektrolit orang dimasukkan ke dalam larutan garam yang hipertonis terhadap sitoplasma elektrolit itu, maka air kan merembes keluar, sehingga terjadi pengerutan. Berkerutnya sel oleh keluarnya air disebut krenasi. Kalau eritrosit dimasukkan ke dalam larutan yang hipotonis terhadap sitoplasma eritrosit, air merembes masuk, sehingga sel menjadi menggelembung, akhirnya pecah (mengalami lisis). Peristiwa ini di sebut haemolysis (haem = darah, haemoglobin, lysis = pecah, hancur). Kalau bukan eritrolit yang pecah oleh larutan hipotonis, secara umum disebut cytolyssis.
Perbedaan antara difusi dan osmosis adalah, pada proses osmosis ditandai adanya pergerakan molekul yang melewati membran hidup dan ini hanya terjadi secara alami pada materi hidup yang menyebabkan prosesnya lebih pelan dan sulit karena air harus melewati terlebih dahulu pori yang banyak tersebar pada membran sel. Berbeda dengan proses difusi yang dapat terjadi baik pada benda hidup maupun tak hidup dengan proses yang cepat dan mudah karena tanpa melalui pori-pori membran sel.
Berdasarkan percobaan proses disfusi, yaitu pengamatan pada air yang ditetesi dengan tinta di dapatkan penjabaran sebagai berikut, cawan petri yang telah diisi dengan air lalu ditetesi dengan tinta, tetesan tinta hanya mengumpul menjadi satu pada satu titik. Setelah menunggu satu menit tinta menyebar dan air berubah menjadi kebiruan karena membaur dengan warna tinta. Larutan berisi keduanya yaitu terlarut biasanya padat dan zat pelarut biasanya cair. Pada percobaan ini terlarut adalah tinta dan pelarutnya adalah air. Setelah satu menit terlarut dan pelarut terjadi penyebaran, mereka melanjutkan gerakan. Dalam waktu satu menit saja proses difusi sudah terjadi, hal ini karena molekul-molekul antara zat terlarut dan pelarut berampur tanpa ada sekat ataupun membran yang dapat menghambat proses difusi. Dari lima kelompok yang melakukan percobaan semuanya mendapat hasil yang sama. Dan hal ini sesuai dengan teori bahwa difusi itu terjadi dari konsentrasi tinggi yang merupakan tinta menuju ke konsentrasi rendah yaitu air.
Sedangkan untuk proses osmosis, kami melakukan pengamatan menggunakan kentang. Yaitu dengan cara sebagai berikut, yaitu menyiapkan dua butir kentang, mengupas umbi kentang dan memotongnya hingga membentuk seperti kubus, atau membentuk lainnya yang penting bahan dapat berdiri menumpu salah satu bidang sayatan tanpa bergulir. Membuat cekungan yang cukup dalam pada sisi sayatan kentang. Memberikan kedalam cekungan kentang dengan garam dapur halus sebanyak separuh cekungan, sedangkan yang lain dibiarkan kosong. Meletakkan kedua kentang tersebut ke dalam cawan petri yang terlebih dahulu telah diisi air dan telah diketahui jumlahnya. Membiarkan selama kurang lebih tiga puluh menit, kemudian mengadakan pengamatan dan mengukur kembali air dalam cawan petri setelah kentang dikeluarkan. Mendiskusikan gejala apakah yang terjadi pada cekungan kedukentang tersebut.
Berdasarkan pengamatan lima kelompok, masing-masing kelompok didapatkan data sebagai berikut. Pada kelompok satu, sebelum percobaan tekstur kentang tanpa garam adalah kaku atau keras dengan warna kekuning-kuningan dan tekstur kentang yang di tambah dengan garam juga kaku atau keras dengan warna juga kekuning-kuningan. Setelah diamati selama tiga puluh menit, tekstur kentang tanpa garam tetap kaku atau keras dengan warna tetap kekuning-kuningan, namun tekstur kentang yang ditambah garam berubah menjadi lebih lunak dan warnanya menjadi kuning pucat. Sedangkan volume air yang mula-mula adalah 20 ml, pada kentang tanpa garam volumenya tetap yaitu 20 ml, dan kentang yang ditambah dengan garam menjadi kurang dari 20 ml dan didalam cekungannya terdapat air. Kentang yang ditambah dengan garam menjadi lebih lunak karena air yang ada pada cawan petri berdifusi menuju membran sel kentang. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya air dalam cekungan kentang yang ditambahkan garam dan air dalam cawan berkurang.
Pada kelompok dua, sebelum percobaan tekstur kentang tanpa garam adalah kaku atau keras dengan warna kekuning-kuningan dan tekstur kentang yang di tambah dengan garam juga kaku atau keras dengan warna juga kekuning-kuningan. Setelah diamati selama tiga puluh menit, tekstur kentang tanpa garam lunak dengan warna tetap kekuning-kuningan, dan tekstur kentang yang ditambah garam berubah menjadi lebih lunak dan warnanya tanpa ada perubahan. Sedangkan volume air yang mula-mula adalah 20 ml,dan baik pada kentang tanpa garam maupun kentang yang di beri garam volumenya tetap 20 ml. Dan didalam cekungan kentang yang diberi garam terdapat air. Jika dibandingkan dengan percobaanya kelompok satu, seharusnya air dalam cawan petri pada kentang yang ditambah garam berkurang, karena airnya berdifusi menuju kentang yang ditambah dengan garam.
Pada percobaan kelompok tiga, sebelum percobaan tekstur kentang tanpa garam adalah kaku atau keras dengan warna kekuning-kuningan dan tekstur kentang yang di tambah dengan garam juga kaku atau keras dengan warna juga kekuning-kuningan. Setelah diamati selama tiga puluh menit, tekstur kentang tanpa garam lunak dengan warna lebih gelap, namun tekstur kentang yang ditambah garam berubah menjadi lebih lunak daripada kentang tanpa garam dan warnanya menjadi kuning kematangan. Tinggi awal air adalah 0,7 cm. Setelah kedua kentang diambil, inggi air berubah menjadi 0,5 cm. Hal ini menunjukkan bahwa 0,2 cm air dalam cawan petri berpindah menuju ke kentang yang di tambah dengan garam karena pada cekungan kentang terdapat air.
Pada kelompok empat, sebelum percobaan tekstur kentang tanpa garam adalah sedikit lunak dengan warna kekuning-kuningan dan tekstur kentang yang di tambah dengan garam juga kaku atau keras dengan warna juga kekuning-kuningan. Setelah diamati selama tiga puluh menit, tekstur kentang tanpa garam menjadi sedikit lunak dengan warna tetap kekuning-kuningan, namun tekstur kentang yang ditambah garam berubah menjadi lebih lunak dan tetap. Sedangkan tinggi air yang mula-mula adalah 5 mm, setelah percobaan air baik pada kentang tanpa garam maupun kentang yang ditambah dengan garam menjadi 4 mm. Dan didalam cekungan kentang tanpa garam terdapat sedikit ir, sedangkan pada cekungan kentang dengan air terdapat banyak air.
Pada kelompok lima, sebelum percobaan tekstur kentang tanpa garam adalah kaku atau keras dengan warna kekuning-kuningan dan tekstur kentang yang di tambah dengan garam juga kaku atau keras dengan warna juga kekuning-kuningan. Setelah diamati selama tiga puluh menit, tekstur kentang tanpa garam tetap kaku atau keras, namun tekstur kentang yang ditambah garam berubah menjadi lebih halus dan lunak. Sedangkan volume air yang mula-mula adalah 20 ml, pada kentang tanpa garam volumenyamaupun kentang dengan tambahan garam volumenya menjadi kurang dari 20 ml. Dan juga terdapat air dicekungan kentang yang ditambahkan garam dengan warna air di cawan petri keruh.
Berdasarkan percobaan-percobaan pada kelima kelompok, dapat disimulkan bahwa difusi itu proses penyebaran molekul tanpa adanya membran sel sebagai perantaranya dari konsentrasi tinggi jika dalam percobaan ini adalah tinta, menuju ke konsentrasi rendah dalam percobaan ini adalah air. Proses penyebara molekul-molekul dalam proses difusi lebih cepat karena tidak adanya membran tadi. Sedangkan proses osmosis merupakan penyebaran molekul dengan adanya membran sel sebagai perantaranya. Membran tersebut harus bersifat permeabel (tembus) yang selektif yaitu biasanya adalah air. Karena osmosis melewati sekat dalam hal ni adalah membran maka proses penyebarannya lebih pelan dan sulit dari pada proses osmosis. Hal ini di tujunkan pada percobaan, saat difusi hanya dengan satu menit penyebarannya sudah relatif menyebar sempurna, sedangkan pada proses osmosis walau waktu percobaannya mencapai tiga puluh menit, namun proses osmosis jika dilihat dari pengurangan volume cawan petri hanya sekitar 1-2 ml, menunjukkan bahwa proses osmosis leih lama proses penyebarannya.
Hasil data pengamatan pada masing-masing kelompok reatif sama walaupun ada beberapa perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini dapat disebabkan oleh ukuran pemotongan kentang yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi proses penyebaran molekul. Selain itu perbedaan-perbedaan ini dapat disebabkan oleh kurangnya ketelitian dan kecermatan pada masing-masing praktikan, yang menyebabkan hasil data dapat berbeda pada masing-masing kelompok percobaan.

VII.          PENUTUP
7.1 Kesimpulan
difusi itu proses penyebaran molekul tanpa adanya membran sel sebagai perantaranya dari konsentrasi tinggi jika dalam percobaan ini adalah tinta, menuju ke konsentrasi rendah dalam percobaan ini adalah air. Proses penyebara molekul-molekul dalam proses difusi lebih cepat karena tidak adanya membran tadi. Sedangkan proses osmosis merupakan penyebaran molekul dengan adanya membran sel sebagai perantaranya.

7.2  Saran
Untuk para praktikum diharapkan menyiapkan peralatan praktikum dari awal agar waktunya bejalan sesuai dengan jadwal.


DAFTAR PUSTAKA

Alkatiri, Saleh. 1996. Kajian Ringkas Biologi. Surabaya: Airlangga University Press
Halliday dan Resnick1991.  Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Kimbal, John W. 1983. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: Gramedia
Parjatmo,Widjojo. 1987. Biologi Umum 1. Jakarta: Angkasa
Rachmadiarti, Fida. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Unesa University Prees
Suryadi. 2011. Difusi osmosis. http://blogs.unpad.ac.id (dikses tanggal: 31 Oktober 2015 )
Yatim, Wildan. 1996. Biologi Modern Biologi Sel. Bandung: Tarsito














LAMPIRAN





0 komentar:

Posting Komentar