Selasa, 07 Juni 2016
Sejarah dan perkembangan Islam di Azerbaijan
Islam tiba di Azerbaijan seiring dengan kedatangan bangsa Arab pada abad ketujuh, secara bertahap menggantikan Kristen dan sekte kafir Azerbaijan. Karena pengaruh dari Iran, banyak orang Azerbaijan yang sebenarnya penganut Syiah. Penegakan Syiah sebagai agama negara membawa pertarungan dengan kaum Sunni yang berkuasa. Pada abad ke-7 dan abad ke-8, kebanyakan pengikut Zoroastrians pindah ke India, di mana mereka disebut Persia. Sehingga Bolshevik Soviet menghentikan praktik ini, pengunjung Zoroastrian dari India dan Iran mengembara ke Azerbaijan untuk menyembah tapak suci, termasuk Kuil Ateshgah Temple diSurakhany di Semenanjung Apsheron.
Pada abad ke-16, shah pertama bagi Dinasti Safavid, Ismail I (r. 1486-1524), mendirikan IslamSyi'ah sebagai agama resmi, meskipun sebagian besar penduduk Azerbaijanis kekal sebagaiSunni. Istana Safavid dipengaruhi oleh kedua pengaruh Turki (Sunni) dan Iran (Syi'ah), bagaimanapun, yang memperkuat dasar dua agama dan kebudayaan Azerbaijani pada periode tersebut. Sebagaimana lain-lain tempat dalam dunia Muslim, kedua cabang Islam bertikai di Azerbaijan. Penegakan Islam Syi'ah sebagai agama resmi menimbulkan pergeseran antara pemerintah Safavid di Azerbaijan dan pemerintahan Sunnis di Kesultanan Utsmaniyah samping.
Pada abad kesembilan belas, banyak Sunni Muslim beremigrasi dari Azerbaijan yang dikontrol Rusia. Dengan demikian, pada akhir abad kesembilan belas, penduduk Syiah menjadi mayoritas di Azerbaijan. Antagonisme antara Sunni dan Syiah berkurang pada akhir abad kesembilan belas.
Ada pula komunitas Yahudi kecil di Azerbaijan. Ada tiga sinagog di Baku dan beberapa di propinsi lainnya.
Walaupun mayoritas Islam, namun seperti negara berpenduduk Muslim lainnya, Azerbaijan adalah negara sekuler. Sebuah survey memperkirakan bahwa yang ateis di negara ini mendekati 7 persen.
Sebelum Soviet berkuasa, sekitar 2000 masjid aktif di Azerbaijan. Kebanyakan masjid ditutup pada 1930-an, dan beberapa diizinkan untuk tetap buka selama Perang Dunia II.
Pada tahun 1980 hanya dua masjid besar dan lima lebih kecil di Baku. Menurut sumber Soviet, selama tahun 1970-an, sekitar 1.000 rumah akhrinya digunakan sebagai tempat salat secara sembunyi-sembunyi. Selama Perang Dunia II, pemerintah Soviet mendirikan Dewan Muslim Spiritual Transkaukasia di Baku sebagai badan Islam di Kaukasus, namun pada dasarnya menghidupkan kembali tsaris Dewan Muslim Gerejawi abad kesembilan belas.
Dimulai pada periode akhir Gorbachev, dan terutama setelah kemerdekaan, jumlah masjid meningkat secara dramatis. Politisi sekuler di Azerbaijan telah menyuarakan keprihatinan mengenai kebangkitan Islam politik, tetapi yang lain berpendapat bahwa Islam di Azerbaijan adalah fenomena multifaset; Islam hanya memainkan peran yang sangat terbatas dalam bidang politik dan hanya sebagian kecil dari penduduk mendukung gagasan untuk mendirikan pemerintah Islam. Hal ini disebabkan tradisi panjang sekularisme di Azerbaijan.
Namun, menurut beberapa analis, pada jangka panjang, jika politisi tidak mampu meningkatkan kondisi kehidupan sebagian besar rakyat, rakyat Azerbaijan akan memilih Islam sebagai jalan pemerintahannya.
Dua tahun belakangan ini pemerintah Azerbaijan menutup semua masjid Sunni di negara itu. Misalnya saja pemerintah menutup Masjid Turki yang ada di ibukota. Mereka juga menutup masjid-masjid lainnya di pinggiran kota. Di sekolah, jilbab juga dilarang. Ratusan orang Muslim dipenjarakan dan disiksa.
Bagaimana sebenarnya Islam di Azerbaijan? Menurut Pew pada tahun 2009, sekitar 99,2 persen penduduk Azerbaijan adalah Muslim. Ketaatan agama di antara pemeluknya memang bervariasi dan identitas Muslim cenderung lebih didasarkan pada budaya dan etnis bukan agama, namun sejak tahun 2003, dilaporkan banyaknya imam di masjid-masjid
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar