this my blog

Selasa, 07 Juni 2016

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Kelompok 6 Diyak Ayuk Wulandari 150210103008 Meiliana Dwi Cahya 150210103025 Lutfiah Hasanah 150210103029 Anisatus Sholihah 150210103043 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2016 Pendahuluan Pendidikan karakter bagi anak usia dini merupakan hal yang sangat penting. Karakter tersebut pada dasarnya akan mempengaruhi kehidupannya di masa mendatang. Pendidikan karakter pada anak usia dini ditanamkan sejak kecil, sehingga ketika besar karakter-karakter yang diperolehnya tersebut akan menjadi kebiasaan bagi dirinya. Karakter yang dibentuk sejak dini menjadikan karakter tersebut kuat. Pedidikan karakter bagi anak usia dini diperlukan karena pada usia tersebut otaknya berkembang sangat cepat sehingga lebih cepat menyerap informasi dari lingkungan di sekitarnya. Perkembangan anak di masa depan sangat ditentukan oleh peran orang tua. Orang tua merupakan tempat pertama dalam pendidikan karakter anak. Mereka berperan aktif dalam membentuk karakter anak sejak dini. karakter tersebut dapat dibentuk melalui tugas orang tua dalammendidik anak. Mendidik tidak selalu dengan memberikan pengetahuan, melainkan juga mengarahkannya agar terbentuk karakter baik dalam diri seorang anak.Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak akan membentuk karakter yang baik, begitu pun sebaliknya.Oleh karena itu, karakter anak bergantung pada peran orang tua dalam mendidiknya. Pembentukan karakter pada anak tidak hanya dipengaruhi oleh peran orang tua. Masyarakat dan lingkungan sekitar juga berpengaruh dalam hal tersebut. Masyarakat dan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi karakter anak menjadi baik atau buruk. Karakter baik pada anak dapat terbentuk jika masyarakat dan lingkungan sekitar memberikan pengaruh yang baik. Begitu pula, pengaruh buruk masyarakat dapat membentuk karakter anak menjadi buruk. Banyaknya pengaruh dari luar yang dapat mempengaruhi karakter anak mengharuskan orang tua untuk lebih mengawasi tingkah dan perilaku anak setiap harinya. Pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sekarang ini. Banyaknya pengaruh globalisasi dari luar mempengaruhi karakter masyarakat khususnya anak bangsa. Moral dan karakter sudah mengalami penurunan yang drastis. Contoh nyata pada negeri ini adalah pegawai negara yang korupsi, mereka semua orang-orang dengan kemampuan kognitif tinggi tetapi karakter pada dirinya tidak baik sehingga pendidikan karakter sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan.   Pembahasan 1. Pengertian Pendidikan Karakter Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pendidikan berasal dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, ayat (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan. Sulit dipungkiri bahwa karakter seseorang terpisah dari moralitasnya, baik atau buruknya karakter tergambar dalam moralitas yang dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang merupakan perwujudan dari kebenaran yan merupakan perwujudan dari karakter (Yaumi, 2014: 8). Karakter berarti sifat atau watak seseorang yang melekat dalam dirinya. Karakter terbentuk karena dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Selain itu karakter ini juga terbentuk dari suatu proses panjang sejak seseorang masih kecil. Karakter harus dibentuk dan dikembangkan melalui suatu proses dan membutuhkan waktu yang lama. Karakter juga dapat diubah karena pengaruh suatu hal dan karakter bukan suatu bawaan dari lahir. Pendidikan karakter adalah usaha untuk mendidik anak agar mereka dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya (Wiyani, 2013: 16). Pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi individu maupun kelompok dalam membentuk suatu sikap atau perilaku yang baik dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan di sekitarnya. Pendidikan karakter pertama kali didapatkan dari lingkungan terdekat yaitu keluarga, kemudian lingkungan di sekolah, dan jika seseorang telah dewasa ia dapat membentuk karakternya tersebut secara individu, tetapi karakter tersebut tetap dipengaruhi oleh lingkungan. 2. Tujuan dan manfaat pendidikan karakter Pendidikan karakter pada anak usia dini bertujuan untuk mempersiapkan anak supaya mempunyai karakter yang baik sehingga ketika anak dewasa sudah menjadi kebiasaan dalam kesehariannya. Selain itu, penanaman pendidikan karakter sejak dini akan menjadikan anak lebih tangguh, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta memiliki kepribadian maupun akhlak yang baik. Oleh karena itu pendidikan karakter hendaknya diperkenalkan sejak dini karena pada masa itu anak dapat belajar dengan optimal (Fadlillah dan Lilif, 2013: 26). Adanya pendidikan karakter bertujuan untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berkarakter kuat. Selain itu adanya pendidikan karakter ini diharapkan penurunan moral yang dialami bangsa dapat berkurang mengingat moral terus menerus mengalami penurunan karena pengaruh globalisasi. Manfaat pendidikan karakter adalah terbentuknya masyarakat yang berkarakter sehingga bangsa ini akan menjadi lebih baik. Generasi-generasi yang berkarakter inilah yang akan membawa kemajuan suatu bangsa. Pendidikan karakter dapat membentuk karakter seseorang dan mengenali karakter yang ada dalam dirinya. 3. Model pembentukan karakter Model pembentukan karakter merupakan suatu cara yang digunakan dalam membentuk karakter. Terdapat bermacam-macam model penmbentukan karakter yang dapat diterapkan pada anak. Menurut Tridhonanto (2012: 48-51), model pembentukan karakter terdiri atas mengenali karakter anak, mengembangkan karakter anak, mengamati perilaku anak, membiasakan dalam kehidupan, menguatkan karakter anak, dan mencatat aktivitas anak sehari-hari. Mengenali karakter anak, orang tua perlu memahami karakter anak terutama mengenai sikap dan perilakunya. Sebelum mengenali karakter anak, orang tua perlu mengetahui dan memahami sikap atau perilaku yang baik berdasarkan nilai dan norma. Pemahaman ini berfungsi untuk mempermudah orang tua dalam mengenali karakter anak. Mengembangkan karakter anak, karakter anak dikembangkan sesuai keinginan orang tuanya. Karakter tersebut terbentuk tergantung pada siapa yang membentuk. Jika orang tua adalah orang yang berkarakter maka anak-anaknya akan menjadi anak yang berkarakter pula. Oleh karena itu, orang tua harus mengembangkan karakter anak dengan sebaik mungkin seperti mengajarkan kesopanan, kejujuran, dan lain sebagainya. Mengamati perilaku anak, salah satu cara yang digunakan untuk membentuk karakter anak adalah dengan mengamati perilaku anak. Orang tua bertugas untuk memantau perilaku anak. Jika perilaku anak tidak sesuai dengan nilai norma maka orang tua perlu mengarahkannya dengan menasihati, menunjukkan hal yang benar dan salah maupun dengan cara yang lain. Jika perilaku anak telah sesuai dengan nilai dan norma maka orang tua dapat memberikan pujian kepada anak. Selain itu, dengan mengamati perilaku anak, orang tua dapat mengetahui perkembangan anak. Membiasakan dalam kehidupan, orang tua harus memberikan teladan yang baik kepada anak. Perilaku yang dibentuk oleh orang tua kepada anak tidak hanya dilakukan sekali, tetapi harus harus berulang hingga perilaku yang baik tersebut menjadi karakter yang melekat dalam diri anak. Perilaku baik yang ditanamkan secara berulang akan menjadi suatu kebiasaan bagi anak. Menguatkan karaker anak, ketika karakter anak sudah terbentuk, orang tua perlu menguatkan karakternya tersebut. Misalnya dengan memberikan pujian pada anak yang sudah berperilaku baik. Selain itu, orang tua terus berupaya untuk membimbing anak hingga terbentuk perilaku-perilaku baik lain dalam diri anak. Menguatkan karakter anak ini bertujuan agar sikap dan perilaku anak tetap konsisten dalam tindakannya sehari-hari. Mencatat aktivitas anak-anak sehari-hari, catatan ini bermanfaat untuk menilai dan mengevaluasi karakter anak. Karakter mana yang sudah terbentuk dan belum terbentuk atau yang perlu mendapat penguatan lebih lanjut. Catatan tersebut diperoleh dengan cara memperhatikan dan mengamati perilaku anak. Jika perilaku anak menyimpang dari norma atau teladan yang diajarkan oleh orang tua, maka orang tua mengarahkannya atau memberikan teguran. Jika anak sudah berperilaku baik, maka orang tua dapat memujinya atau memberikan hadiah. 4. Hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua Menurut Tridhonanto (2012: 54-57), bahwa banyak hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anak. Hal-hal tersebut yaitu meletakkan tugas dan kewajiban orang tua sebagai prioritas utama, mengevaluasi waktu yang digunakan dalam setiap minggunya, menjadi teladan bagi anak-anaknya, menjadi telinga dan mata terhadap sesuatu yang anak serap, menggunakan bahasa karakter, memberikan hukuman dengan kasih sayang, belajar untuk mendengarkan anak, terlibat dalam kehidupan sekolahnya, selalu mengadakan makan bersama, dan tidak mendidik karakter hanya dengan kata-kata saja. Meletakkan tugas dan kewajiban orang tua sebagai prioritas utama, zaman modern ini banyak orang tua yang sibuk bekerja, baik ayah ataupun ibu berusaha mencari nafkah menghidupi keluarga. Akhirnya mereka menjadi lupa pada tugas dan kewajibannya sebagai orang tua. Setelah menyadari akan kewajiban tersebut hendaknya orang tua mampu merencanakan dan memberikan waktu yang cukup untuk tugas tersebut. Pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya sangat menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak. Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik. Apabila orang tua gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi orang-orang di luar keluarga termasuk sekolah untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, setiap orang tua harus memiliki kesadaran bahwa karakter anak sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah. Mengevaluasi waktu yang digunakan dalam setiap minggunya, orang tua sebaiknya mengatur jadwal kerja dengan jadwal bersama anak-anak. Misalnya dengan melibatkan anak dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang tua dan begitu juga sebaliknya, orang tua terlibat dalam kehidupan anak. Orang tua hendaknya menjadi sahabat terdekat bagi anak dan menjadi tempat bercerita dan bertanya bagi anak. Anak mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka butuhkan dari orang tua, terutama dari ibu yang secara sosial berperan sebagai orang tua yang membesarkan anak. Menjadi teladan bagi anak-anaknya, orang tua perlu mengetahui bahwa seorang anak dalam proses belajar akan meniru tingkah laku atau perbuatan orang yang paling sering ada di sekitar mereka, yaitu orang tua. Seorang anak belajar melalui contoh yang ada di sekitar mereka. Contoh yang baik adalah pekerjaan yang terpenting yang harus orang tua lakukan. Mulai dari hal kecil hingga hal besar akan dicontoh oleh anak-anak. Jadi sebagai orang tua hendaknya memberikan contoh yang baik agar pembentukan karakter pada anak juga baik. Menjadi telinga dan mata terhadap sesuatu yang anak serap, orang tua hendaknya tidak hanya memberi fasilitas kepada anak namun juga harus mampu mengawasi dan memahami pesan-pesan yang sedang mempengaruhi mereka dari berbagai fasilitas yang mendukung. Misalnya telivisi, gadget, buku, dan lain sebagainya. Orang tua perlu mengontrol segala tingkah laku anak dan hal apa saja yang didengar dan dilihatnya. Hal ini berarti orang tua harus dapat memilih tayangan dan suara yang baik atau buruk untuk anak. Menggunakan bahasa karakter, anak-anak akan sulit dalam memahami pedoman moral kecuali orang tua menjelaskannya menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. Orang tua tidak boleh menggunakan bahasa yang kasar atau buruk terhadap anak. Hal tersebut berakibat anak akan mengingat dan meniru menggunakan bahasa kasar juga kepada orang lain. Seperti halnya terhadap orang yang lebih tua menggunakan bahasa yang sopan dan santun, serta dengan teman sebayanya menggunakan bahasa yang baik. Memberikan hukuman dengan kasih sayang, jika seorang anak menjadi sulit diatur sehingga menghambat pembentukan karakter baiknya maka orang tua dapat memberikan hukuman dengan kasih sang, yaitu hukuman yang mendidik. Hukuman yang mendidik adalah salah satu cara untuk belajar. Seorang anak harus mengerti fungsi hukuman dan menyadari bahwa hukuman adalah bentuk kasih saying dari orang tua. Namun hukuman tidak boleh diberikan secara berlebihan. Hukuman juga harus sesuai dengan usia anak dan pemberian hukuman juga tidak sembarangan. Hukuman ini diberikan agar anak jera dan tidak mengulangi kesalahannya lagi. Belajar untuk mendengarkan anak, orang tua sebagai orang terdekat dengan anak hendaknya menjadi pendengar yang baik untuk anak. Misalnya dengan mendengarkan semua keluhan dan ceritanya. Setelah itu orang tua dapat penjelasan mengenai semua ceritanya agar anak dapat mengerti keadaan yang diceritakan. Orang tua harus menjadi pendengar yang baik karena akan membuat anak anda lebih bersemangat untuk berbagi perasaan dan pikirannya. Apabila anak sedang bercerita tentang masalahnya maka orang tua ikut serta dalam mencari solusi pemecahan masalahnya. Anak akan merasa orang tua mereka peduli dan sekaligus menjadi seorang sahabat bagi mereka. Terlibat dalam kehidupan sekolahnya, sekolah adalah bagian kehidupan penting bagi anak-anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak terbukti memberikan banyak dampak positif bagi anak-anak. Perkembangan anak banyak mencapai kesuksesan ketika mereka mengajak usia dewasa. Jadi tidak hanya peran guru dan lingkungan yang penting tetapi peran orang tua juga memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter dan prestasi belajar anak. Selalu mengadakan makan bersama, hal ini merupakan hal yang sederhana tetapi memiliki makna yang besar. Makan bersama keluarga tidak hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar, tapi untuk menjalin rasa kebersamaan dalam keluarga. Anak-anak dan orang tua dapat bertukar informasi selama makan bersama keluarga dalam hal apapun. Orang tua dapat mengetahui kegiatan yang dilakukan anak selama di luar rumah tanpa harus mengawasinya. Tidak mendidik karakter hanya dengan kata-kata saja, anak berperilaku baik atau buruk melalui kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Seorang anak tidak hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang tuanya, melainkan juga meniru tingkah lakunya. Orang tua perlu memberikan contoh positif atau perilaku yang baik agar anak dapat mengikuti perilaku orang tuanya. Pengembangan karakter ini harus dilatih sejak usia dini agar anak dapat terbiasa berperilaku baik. 5. Tips mendidik anak Peran orang tua dalam mendidik anak sangat dibutuhkan, terutama untuk membentuk karakter anak. Faktor utama pembentukan karakter anak tergantung pada cara orang tua mendidiknya. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang cukup besar pada perkembangan dan pertumbuhannya. Semua orang tua pasti berharap anaknya dapat tumbuh menjadi anak yang berkarakter baik, sehingga diperlukan beberapa cara untuk mendidik karakter anak. Berikut ini beberapa tips mendidik karakter yang baik pada anak. Menjadikan orang tua sebagai panutan yang baik. Orang tua diharapkan mampu memberikan panutan yang baik kepada anak. Seorang anak akan meniru setiap perilaku dan sikap yang dilakukan oleh orang tuanya. Perilaku baik maupun buruk yang dilakukan anak merupakan cerminan dari perilaku orang tuanya. Pekerjaan terpenting yang harus dilakukan oleh orang tua dalam mendidik karakter anak adalah menjadi panutan yang baik bagi anaknya. Jangan mendidik karakter anak hanya dengan kata-kata. Mendidik karakter anak seharusnya tidak hanya menggunakan kata-kata atau ucapan, tetapi juga dapat melalui praktek atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya praktek atau tindakan nyata yang dilakukan oleh orang tua jauh lebih efektif dari pada hanya menggunakan kata-kata. Perilaku disiplin diri, kebiasaan baik, hormat, santun, dan membantu orang lain merupakan perilaku dan sikap yang dapat membantu anak untuk menumbuhakan perilaku moral yang baik. Menanamkan nilai kejujuran pada anak. Orang tua diharapkan selalu mengajarakan kejujuran kepada anak, sebab sekali saja mengajarkan kebohongan pada anak, maka kemungkinan besar anak tersebut akan mengulang kebohongan yang pernah diajarkan kepadanya. Menanamkan kejujuran kepada anak sangatlah penting dalam mendidik karakter yang baik pada anak, karena kejujuran ini merupakan salah satu karakter baik yang harus ada pada diri seorang anak. Membiasakan anak untuk mandiri. Setiap anak harus dibiasakan untuk melakukan sesuatu sendiri. Jangan membiasakan anak dengan perlakuan manja, karena nantinya dapat membentuk pribadi anak yang pemalas. Oleh karena itu, segala kebutuhan anak tidak selalu harus membutuhkan peran orang tua, jika ia tidak bisa melakukannya barulah orang tua dapat membantunya. Memberikan kebebasan kepada anak. Memberikan kebebasan ini bukan berarti orang tua membiarkan anaknya melakukan semua hal yang disukainya. Orang tua harus tetap mengawasi apa yang dilakukan anak. Perlu diingat bahwa orang tua juga tidak seharusnya memberikan pengekangan tehadap tindakan apa saja yang dilakukan anak. Kebebasan yang diberikan oleh orang tua akan membuat anak tidak merasa terkekang dan terbebani, sehingga anak menjadi lebih leluasa mengembangkan kreativitasnya dan mewujudkan keinginaannya. Mejauhkan anak dari perasaan negatif. Perasaan negatif seperti takut, pemalu, terlalu rendah diri, pemarah, iri, dan anak merasa tertekan. Faktor lingkungan dalam hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter seorang anak. Orang tua hendaknya selalu memperingatkan dan memberitahukan anaknya agar ia dapat memilih mana lingkungan yang baik untuknya, sehingga ia bisa merasa nyaman dan tidak merasa tertekan. Pada dasarnya anak memiliki sikap positif, namun karena lingkungnnya anak bisa menjadi berpikiran negatif. Oleh karena itu, hindari perilaku yang membuat anak menjadi takut, misalnya menakut-nakuti anak, memukul anak, memarahi ataupun membentak anak. Orang tua harus konsisten dalam mendidik karakter pada anak. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan karakter anak. Sikap konsisten dalam mendidik karakter anak diharapakan mampu membangun dan mengembangkan karakter yang baik pada anak. Oleh karena itu, apabila orang tua ingin membangun atau membentuk karakter yang baik pada anak, maka orang tua harus melakukan usaha dalam mendidik karakter anak secara konsisten. Berkelanjutan dalam membangun karakter anak. Mendidik karakter anak diperlukan keberlanjutan ataupun kesinambungan, yang mana berkaitan erat dengan sikap konsisten. Sebuah struktur yang terus dan berkesinambungan sangat diperlukan dalam pembentukan karakter anak, sehingga dapat terbentuk karakter yang baik pada anak. Berkelanjutan atau berkesinambungan dalam hal ini mencakup proses membimbing dan mendidik untuk membentuk karakter anak yang berkualitas. Karakter anak akan mulai terbentuk dengan sendirinya, apabila orang tua mampu mengajarkannya secara terus-menerus, agar pengetahuan yang didapatkan bisa diserap dengan baik oleh anak. Berdasarkan uraian diatas, bahwa orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendidik karakter anak. Membentuk karakter anak merupakan tugas dan kewajiban orang tua. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara bagi orang tua, agar dapat mendidik anaknya menjadi anak yang berkarakter baik. 6. Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter anak usia dini Pendidikan karakter akan berlangsung dengan sia-sia manakala nilai-nilainya tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter lebih menekankan pada anak untuk melakukan hal-hal yang bersifat positif. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang kemudian akan menjadi suatu karakter yang membekas dan tertanam pada jiwa anak usia dini. Mengimplementasi nilai-nilai pendidikan karakter pada anak usia dini diperlukan berbagai upaya yang dapat mendorong anak untuk melakukan aktivitas yang mencerminkan nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter yang harus ditanamkan pada anak usia dini terdapat delapan belas nilai yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan orang yang beragama lain (Tridhonanto, 2012). Sikap religius ini dapat ditanamkan pada anak usia dini dengan memberikan berbagai kegiatan keagamaan kepada anak, misalnya anak yang beragama Islam dapat diajarkan melaksanakan sholat bersama-sama dengan keluarga, melatih anak untuk berdoa saat makan, masuk kamar mandi, sebelum tidur dan kegiatan-kegiatan yang lain serta mengajarkan anak untuk menghormati sebaya yang memiliki agama yang berbeda. Bila serangkain kegiatan di atas dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan, maka nilai-nilai religiusitas akan tertanam pada diri anak dan nantinya kan menjadi karakter dalam kehidupannya. Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan (Tridhonanto, 2012). Sikap jujur bagi anak usia dini merupakan hal yang bersifat abstrak sehingga anak belum mengerti makna jujur sebenarnya. Sikap jujur hanya dapat dikenalkan dan ditanamkan pada anak dengan memberikan keteladanan secara langsung kepada anak. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu berkata, berbuat jujur kepada anak dan jika berjanji harus juga ditepati. Pendidik dapat melatih kejujuran anak dengan bermain jual-beli atau orang tua bisa menyuruh anak membelikan barang dengan uang yang lebih, kemudian anak diperintah untuk mengembalikan sisa uangnya. Anak yang dibiasakan berperilaku pseperti ini maka anak akan terbiasa dan sikap jujurnya akan terbentuk, namun penanam sikap yang paling efektif adalah pemberian contoh secara langsung khususnya dari kedua orang tua anak notabene merupakan tempat belajar awal anak. Toleransi adalah sikap dan perilaku untuk menghargai berbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Tridhonanto, 2012). Saling menghargai merupakan cerminan dari sikap toleransi. Toleransi dapat ditanamkan pada anak dengan cara melatih anak untuk saling mengasihi dan menyayangi kepada sesama tanpa mengenal perbedaan anak. Pendidik dapat melatih sikap toleransi anak dimulai dengan membuat kelas yang di dalamnya terdapat siswa-siswa yang berbeda sehingga masing-masing anak dapat saling mengenal satu sama lain. Kegiatan lain yang berguna untuk melatih sikap toleransi adalah proses belajar dibuat dalam bentuk diskusi kecil. Ketika kegiatan diskusi berlangsung anak dibiarkan untuk memberikan pendapatnya dan mengajarkan anak untuk meenghargai pendapat temannya dengan cara mendegarkan pendapat temannya tersebut dan tidak boleh menertawakan pendapat temannya. Sikap toleransi dapat pula ditanamkan dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak-anak untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, serta diajarkan pula tentang pentingnya kebersamaan seperti bermain bersama, makan bersama dan belajar bersama. Kebersamaan ini nanti akan mendorong sikap toleransi dan saling menghargai satu sama lain. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Tridhonanto, 2012). Kedisiplinan dapat ditanamkan dan diajarkan baik di rumah maupun sekolah dengan membuat sebuah peraturan atau tata tertib yang wajib dipatuhi setiap anak. Peraturan atau tata tertib bersifat fleksibel tetapi tegas, dengan kata lain peraturan menyesuaikan dengan kondisi perkembangan anak serta dilakukan dengan penuh ketegasan. Anak yang melanggar peraturan harus mendapat konsekuensi seesuai dengan apa yang disepakati sehingga anak tahu pentingnya mematuhi peraturan atau tata tertib. Menanamkan sikap disiplin dapat dilakukan dengan hal-hal yang sederhana, seperti menempatkan sepatu pada rak sepatu, anak dianjurkan untuk berdoa terlebih dulu sebelum makan, minum dankegiatan lainnya serta membudayakan anak untuk selalu antre. Hal yang terpenting adalah orang tua maupun pendidik harus dapat memberikan teladan untuk bersikap disiplin karena dengan adanya contoh penerapan sikap disiplin secara langsung, anak akan lebih mudah terbentuk sikap kedisiplinannya dan menjadi karakter dalam kehidupannya. Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Tridhonanto, 2012). Perilaku kerja keras sekarang ini mulai hilang dari karakter generasi muda, kebanyakan dari mereka menginginkan sesuatu secara praktis dan tidak mau bersusah payah atau berusaha sendiri. Sikap seperti ini akan memunculkan sikap ketergantungan pada orang lain jika tidak segera diatasi. Karena itu Penting untuk menanamkan sikap kerja keras pada anak usia dini. Sikap kerja keras seperti ini sedikit demi sedikit harus mulai diperkenalkan terhadap anak-anak pada pendidikan usia dini. Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih kerja keras adalah dengan memberikan tugas-tugas yang sifatnya menantang bagi anak-anak sehingga untuk mendapat menyelesaikan tugas tersebut anak harus berkerja keras, baik bersikap individual atau kelompok. Kerja keras juga bisa dilakukan dengan menjunjungi tempat-tempat atau orang-orang yang sedang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya, seperti melihat orang berladang di sawah, tukang tambal ban dan tukang-tukang becak disepanjang jalan. Kegiatan-kegiatan seperti ini akan mendorong anak untuk bekerja keras dan tidak bergantung dengan orang lain. Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki (Tridhonanto, 2012). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat anak menjadi kreatif. Diantanranya memberikan kebebasan terhadap anak-anak untuk berekspresi sesuai keinginannya, namun tetap harus dipantau dan dibimbing dengan baik. Melatih kekreatifitasan anak dapat dilakukan dengan kegitan alam atau buatan manusia. Kegiatan alam maksudnya, dalam mengembangkan kreatifitasan anak dilakukan dengan media dari alam, sedangkan dari bahan buatan guru maupun orang tua mengajak bermain dengan barang-barang bekas seperti botol, plastik koran dan lain-lain yang selanjutnya dijadikan anak untuk mengembangkan kreatifitasnya. Hasil dari kreatifitasnya harus diberi apresiasi untuk mendorong kreatifitasnya semakin baik. Mandiri adalah sikap dan perilaku yamg tidak mudah bergantung dengan orang lain dalam menyelesaika tugas-tugas (Tridhonanto, 2012). Sikap mandiri dapat terhambat karena dimanja kedua orang tuanya dan juga karena sikap orang tua melarang anak untuk mengerjakan sesuatu yang berkaitan dalam hal kemandirian, misalnya ikut memasak di dapur, membantu melipat baju dan membersihkan tempat tidurnya. Maka dari itu, upaya untuk mengembangkan kemampuan sikap mandiri anak adalah dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan yang bersifat mandiri seperti belajar makan sendiri, membuat minum sendiri, mandi sendiri dan pekerjaan sederhana lainnya dengan tetap mendampingi, mengarahkan dan membimbing. Kegiatan seperti inilah cara untuk mengembangkan kemandirian anak. Demokratis adalah cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Tridhonanto, 2012). Sikap demokratis adalah sikap anak untuk menghargai dan memberikan kesempatan yang sama kepada orang lain. Anak diberikan kesempatan untuk berpendapat, meskipun pendapat dan perkataannya masih sulit dimengerti dan dipahami. Setiap anak ada yang bertanya, didengarkan dan dijawab dengan sebaik-baiknya menyesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat melatih anak untuk bersikap demokratis. Rasa ingin tahu merupakan suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan lebih meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar (Tridhonanto, 2012). Pada saat anak usia dini keingin ketahuannya yang sangat tinggi ditujukan sikap selalu bertanya. Anak yang selalu bertanya sesungguhnya merupakan anak yang cerdas. Sering bertanya seperti itu merupakan bagian dari mengembangkan sikap ingin tahu. Maka dari itu, apabila anak yang sering bertanya harus dilayani, dan jawablah pertanyaan tersebut dengan baik walaupun bertanyaannya terkadang kurang logis dan tidak masuk akal. Kegiatan anak yang ssuka bertanya itu, selain dapat mengembangkan rasa keingin tahuannya juga dapat mengembangkan pengetahuannya. Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan berbangsa dan bernegara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (Tridhonanto, 2012). Semangat kebangsaan seharusnya menjadi tujuan utama sebagai orang yang berbangsa dan bernegara. Semua kepentingan pribadi, kelompok dan golongan harus dinomor duakan. Tindakan seperti ini merupakan cerminan sikap semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan dapat ditanamkan pada diri anak dengan belajar yang rajin dan mengerjakan program-program pemerintah yang lain, seperti belajar tidak korupsi dan belajar untuk berlalu lintas dengan baik. Tindakan-tindakan lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sikap semangat kebangsaan harus disesuaikan dengan ruang lingkup masing-masing. Intinya dalam diri anak tertanam jiwa untuk mementingkan kepentingan berbasa, berbangsa dan bernegara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan. Cinta tanah air merupakan cara bersikap, berpikir dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepeduliaan, penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa (Tridhonanto, 2012). Saat ini nilai cinta tanah air mulai berkurang di dalam jiwa para generasi muda. Penanam sikap cinta tanah air pada anak usia dini perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut. Penanaman sikap cinta tanah air dapat dilakakukan dengan mengenalkan kebudayaan-kebudayaan bangsa Indonesia, khususnya kebudayaan daerah masing-masing. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan arahan untuk menjaga fasilitas-fassilitas umum dengan baik, seperti menjaga kebersihannya, mengenalkan dan mengajarkan pula lagu-lagu yang bersifat nasionalisme untuk meningkatkan sikap cinta tanah air anak. Menghargai prestasi yaitu sikap atau tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain (Tridhonanto, 2012). Setiap anak pasti memiliki suatu karya yang patut dihargai. Memberikan penghargaan pada hasil karya anak akan lebih disukai anak-anak untuk terus belajar dan membangkitkan motivasi dan semangat anak-anak untuk terus belajar dan membuat suatu karya yang lebih baik lagi. Penghargaan tidak harus berwujud materi hanya dengan pujian dan sanjungan sudah dapat membuat anak lebih senang. Memberikan pujian bagi anak itu penting karena pada dasar sifat seorang anak adalah suka dipuji. Maka, berilah penghargaan setinggi-tingginya terhadap prestasi yang telah dicapai anak agar anak lebih termotivasi untuk semangat belajar dan berkreatifitas. Bersahabat/komunikatif yaitu suatu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan berkerja sama dengan orang lain (Tridhonanto, 2012). Saat anak mengalami perkembangan pertumbuhan anak akan mempunyai banyak teman, untuk menjalin persahabatan dibutuhkan komunikasi yang baik. Sahabat dan komunikasi bagi anak-anak sangat berguna bagi perkembangan anak selanjutnya. Anak yang mempunyai banyak teman akan lebih mempunyai keberanian dan mental yang kuat, selain itu teman juga dapat dijadikan tempat untuk berbagi keluh kesah yang bertujuan untuk membangkitkan motivasinya untuk melakukan aktivitas apapun. Cara melatih anak bersahabat dan berkomunikasi adalah dengan bermain secara berkelompok. Melalui kegiatan ini anak akan belajar mengenal dan saling berkomunikasi satu sama lain sehingga akan tercipta suasana saling melindungi, menyayangi dan mengasihi. Cinta damai adalah sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa dan aman atas kehadiran dirinya (Tridhonanto, 2012). Sejak kecil sikap cinta damai harus sudah ditanamkan oleh orang tua dengan cara seperti meminta maaf jika melakukan kesalahan, memohon izin jika melakukan sesuatu yang melibatkan orang lain, dan meminta tolong jika membutuhkan pertolongan orang lain. Ketiga hal inilah yang akan menjadikan anak memiliki rasa cinta damai kepada siapa saja yang ada disekitarnya. Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca bebagai macam bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya (Tridhonanto, 2012). Membaca merupakan jendala ilmu pengetahuan, maka perlu dibiasakan pada diri anak untuk menambah pengetahuannya. Masa usia dini merupakan masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan membaca. Budaya membaca untuk anak-anak dapat difasilitasi dengan cara menyediakan ruang membaca yang menyenangkan dan menyediakan buku-buku bacaan yang sesuai dengan tingkat dan karakteristik perkembangan anak seperti buku cerita anak dan buku bergambar lainnya. Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Tridhonanto, 2012). Peduli lingkungan merupakan solusi untuk mengatasi krisis kepedulian lingkungaan saat ini. Melalui pendidikan karakter anak usia dini diharapkan mampu membangkingkat dan mewujudkan kepedulia lingkungan. Cara untuk menanamkan kepedulian lingkungan kepada anak dengan mengenalkan anak mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Pembelajaran dapat dilakukan dengan mengajarkan anak membuang sampah pada tempatnya, menyayangi tumbuhan-tumbuhan, dan selalu menjaga kebersihan disemua tempat. Peduli yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan orang lain dan masyarakat yang membutuhkannya (Tridhonanto, 2012). Seorang anak nantinya tidak akan terlepas dari masyarakat dan bantuan orang lain maka anak harus mulai dibiasakan untuk bersikap sosial yang mencermikan kepeduliannya terhadap orang lain. Cara penanaman karakter pada anak dapat dilakukan dengan mengajak anak-anak kepanti asuhan guna melihat keadaan anak-anak panti sekaligus berbagi terhadap mereka. Pengalaman secara langsung seperti ini lebih efektif untuk menerapkan sikap peduli sosial daripada hanya dijelaskan di depan kelas. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Tridhonanto, 2012). Setiap orang harus belajar bertanggung jawab tentang apa yang diperbuat, tidak terkecuali pada anak usia dini. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sikap tanggung jawab, yaitu dengan mengajak untuk selalu membereskan mainannya setelah bermain dan mengembalikannya di tempat semula. Pembelajaran yang sederhana ini dapat melatih anak untuk bersikap tanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan. Penutup 1. Kesimpulan Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang. Pendidikan karakter bagi anak usia dini merupakan hal yang sangat penting. Karakter tersebut pada dasarnya akan mempengaruhi kehidupannya di masa mendatang. Pendidikan karakter bagi anak usia dini bertujuan untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berkarakter kuat. Generasi-generasi yang berkarakter inilah yang akan membawa kemajuan suatu bangsa. Pembentukan karakter dapat dilakukan dengan berbagai macam model pembentukan karakter. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendidik karakter anak. Membentuk karakter anak merupakan tugas dan kewajiban orang tua. Pengimplemetasian nilai-nilai pendidikan karakter pada anak usia dini memerlukan berbagai upaya yang dapat mendorong anak untuk melakukan aktivitas yang mencerminkan nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter yang harus ditanamkan pada anak usia dini terdapat delapan belas nilai yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. 18 nilai karakter tersebut akan melekat kuat pada anak jika nilai-nilai tersebut ditanamkan sejak dini. Oleh karena itu, pendidikan karakter perlu diterapkan sedini mungkin. 2. Saran Melihat kepribadian dan karakter bangsa yang memudar dan lebih mengikuti tren dunia barat yang bebas maka dibutuhkan peran dan penerapan pendidikan karakter. Peran orang tua adalah membentuk karakter anak sejak dini karena penerapan yang sejak dini akan mempersiapkan kehidupannya di masa mendatang. Oleh karena itu, setiap orang tua diharapkan benar-benar menerapkan pendidikan karakter dengan baik pada anak. Daftar Pustaka Fadillah, Muhammad dan Lilif Mualifatu Khorida. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Tridhonanto, Al. 2012. Membangun Karakter Sejak Dini. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kompas Gramedia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003bNomor 4301. Jakarta. Wiyani, Novan Ardy. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orangtua & Guru dalam Membentuk Kemandirian & Kedisiplinan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi Edisi Pertama. Jakarta: Prenadamedia Group.

0 komentar:

Posting Komentar