LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
“PENGUKURAN SUHU MANUSIA”
NAMA: DIYAH AYUK WULANDARI
NIM: 150210103008
KELAS: C
KELOMPOK: 1
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
I.
JUDUL
Pengukuran
suhu manusia
II.
TUJUAN
Untuk
mengetahui suhu badan makhluk hidup homoiothermal.
III.
DASAR
TEORI
Manusia
adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan
berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Kulit memegang peranan
penting dalam mempertahankan suhu tubuh. Di dalam kulit terdapat jaring-jaring
pembuluh darah dan kelenjar keringat yang dikendalikan oleh sistem saraf. Di
samping itu terdapat reseptor berbagai macam sensasi satu di antaranya adalah
termoreseptor. Bila tubuh merasa panas, ada kecenderungan tubuh meningkatkan kehilangan
panas ke lingkungan. Bila tubuh merasa dingin, maka kecenderungannya menurunkan
kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan
konduksi-konveksi ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan
eksternal. Bagian pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang dijaga
tetap sekitar 36 oC (Soewolo dkk,
2005: 286-287). Bila Hypotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih
rendah dari suhu tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan
metabolisme dan aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas
dengan pembuluh darah kulit mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini
menyebabkan suhu tubuh tetap dipertahankan normal. Namun sebaliknya,
Hypotalamus bagian depan merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas
mengeluarkan panas. Bila Hypotalamus bagian depan menerima informasi suhu lebih
tinggi dari suhu tubuh, maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan pelebaran
pembuluh darah kulit dan menambah produksi keringat (Fadilah, 2009).
Bila benda
dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh darah makin berkontraksi
sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai derajat konstriksi maksimum
pembuluh darah mulai berdilatasi. Dilatisi ini disebabkan oleh efek langsung
pendinginan setempat terhadap pembuluh itu sendiri. Mekanisme kontraksi dingin
membuat hambatan impuls saraf datang ke pembuluh tersebut pada suhu mendekati
suhu 0oC sehingga pembuluh darah mencapai vasodilatasi maksimum. Hal
ini dapat mencegah pembekuan bagian tubuh yang terkena terutama tangan dan
telinga (Syaifuddin, 2009: 324).
adanya mekanisme pengaturan panas badan
yang berpusat pada hipotalamus melalui saraf-saraf terutama saraf otonom. Di
samping tentu adanya pengaruh kelenjar endokrin walau masih belum jelas
peranannya. Mekanisme pengaturan panas adalah dengan menjaga adanya
keseimbangan antara thermogenesis (produksi panas). Produksi panas tergantung
dari metabolisme, jadi tergantung pada proses kimia eksotermal, misalnya kerja
otot, menggigil dll. Pembuangan panas adalah dengan cara konduksi, radiasi,
konveksi, penguapan dan sebagian melalui feses dan urin. Energi panas yang
hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit ada tiga cara, yaitu Konduksi
adalah pemaparan panas dari suatu obyek yang suhunya lebih tinggi ke obyek lain
dengan jalan kontak langsung. Agar terjadi konduksi kedua obyek harus berbeda
suhu dan harus saling berkontak misalnya pada keperawatan mengukur suhu dengan
menggunakan termometer air raksa di bagian tubuh manusia atau permukaan tubuh
kehilangan atau memperoleh panas melalui konduksi kontak langsung dengan
substasi lebih dingin atau lebih panas termasuk udara atau air. Yang kedua
Konveksi, adalah pemindahan panas melalui gas atau cairan yang bergerak. Aliran
konveksi dapat terjadi karena massa jenis udara panas sangat ringan dibandingkan
udara dingin misalnya orang telanjang yang duduk dalam ruangan yang kehilangan
sekitar 12% panasnya dengan cara konduksi ke udara menjauhi tubuh. yang ketiga
Radiasi, adalah suatu energi panas dari suatu permukaan obyek ke obyek lain
tanpa mengalami kontak dari kedua obyek tersebut, misalnya seseorang yang
telanjang dalam ruangan dengan suhu kamar normal kehilangan sekitar 60% panas
total secara radiasi. Jika suhu tubuh naik, pusat kendali suhu di otak akan
melebar dan meningkatkan aliran darah ke permukaan kulit sambil membawa panas
tubuh (Gullon, 1997 : 87). Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah
hipothalamus. Hipothalamus yang berada dibawah otak. Ini dikenal sebagai
thermostat yang berada dibawah otak.
Terdapat dua hipothalamus, yitu hipothalamus anterior yang berfungsi mengatur
pembuangan panas dan hipotalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya
penyimpanan panas (Anfis, 2011).
Temperatur kulit badan tidak sama di semua tempat, makin banyak berhubungan
dengan udara luar, temperature semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar.
Temperature tubuh yang normal sekitar 36. Temperatur yang paling mendekati temperature tubuh sebenarnya adalah
temperature rektar (melalui dubur), tetapi kurang praktis dan tidak estetis.
Oleh karena itu, yang sering dikerjakan pengukuran temperature aksilar (melalui
ketiak) atau oral (mulut) (Tim Dosen Pembina, 2015:21). Reseptor
suhu yang paling penting untuk mengatur suhu tubuh adalah banyak neuron peka
panas khususnya yang terletak pada area preoptika hipotalamus. Neuron ini
meningkatkan pengeluaran inpuls bila suhu meningkat dan mengurangi inpuls yang
keluar bila suhu turun. Selain neuron ini reseptor lain yang peka terhadap suhu
adalah reseptor suhu kulit termasuk reseptor dalam lainnya yang juga menghantarkan
isyarat terutama isyarat dingin ke susunan syaraf pusat panas untuk membantu
mengontrol suhu tubuh (Waluyo, 2010:54).
Termoregulasi bergantung pada kemampuan hewan/manusia untuk mengontrol pertukaran panas dengan lingkungannya. Esensi termoregulasi adalah mempertahankan laju perolehan panas yang setara
dengan laju kehilangan panas.Pada beberapa mamalia, beberapa dari mekanisme ini
melibatkan sistem integument, lapisan terluar tubuh, yang terdiri dari kulit,
rambut, dan kuku (cakar atau kikil pada beberapa spesies).Salah satu adaptasi
termoregulasi utama pada mamalia dan burung adalah insulasi, yang mengurangi
aliran panas antara hewan dan lingkungan.Sumber-sumber insulasi mencakup
rambut, bulu, dan lapisan lemak yang dibentuk oleh jaringan adipose. Sistem
sirkulasi menjadi rute utama aliran panas antara tubuh bagian interior dan
eksterior (Campbell, 2008 :16-17).
Suhu diregulasi oleh sistem saraf dan oleh sistem endokrin. Regulasi
sistem saraf dibagi menjadi dua, yaitu yang pertama pendinginan dan pemanasan kulit
merangsang ujung saraf yang sensitive terhadap suhu dengan menghasilkan respons
yang sesuai-menggigil pada dingin, berkeringat pada panas. Yang kedua
adalah Hipotalamus dalam otak berrespons terhadap suhu darah yang lewat di dalam kapiler. Hipotalamus
terdiri dari dua pusat untuk pengaturan panas. Yang satu berespons terhadap
peningkatan suhu dengan menyebabkan vasodilatasi dan kehilangan panas. Yang
lain berespons terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan vasokonstriksi dan
aktivasi produksi panas lebih lanjut. Sedangkan regulasi sistem endokrin
dibagi menjadi dua, yaitu medulla adrenal dimana dingin meningkatkan sekresi
adrenalin, yang merangsang metabolisme dan dengan demikian meningkatkan
produksi panas. Yang kedua adalah kelenjar tiroid dimana dingin meningkatkan
sekresi tiroksin, dengan meningkatkan metabolisme dan produksi panas (Gibson,
2002: 238-239).
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu
tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut
meningkatkan panas. Pasien yang cemas saat masuk rumah sakit atau sedang
melakukan pemeriksaan kesehatan suhu tubuhnya akan lebih tinggi dari normal.
Adanya stres dapat dijembatani dengan menggunakan sistem pendukung, intervensi
krisis dan peningkatan harga diri. Sistem pendukung sangat penting untuk
penatalaksanaan stres seperti keluarga (orang tua) yang dapat mendengarkan,
perhatian, merawat dengan dukungan secara emosional selama mengalami stress.
Sistem pendukung pada intinya dapat mengurangi reaksi stres dan peningkatan
kesejahteraan fisik dan mental. Intervensi krisis merupakan teknik untuk
menyelesaikan masalah, memulihkan seseorang secepat mungkin pada tingkat fungsi
semua dimensi sebelum krisis. Peningkatan harga diri dilakukan untuk membantu
dalam strategi reduksi stres yang positif yang dilakukan untuk mengatasi stres.
(Rahmawati, 2012: 54-60). Peningkatan suhu erat kaitannya dengan demam. Demam
biasanya terjadi melalui tiga tahap, yang pertama serangan menggigil dan
menggigil berat disebut rigor, yaitu pembuluh darah
kulit berkotraksi dan kehilangan panas dikurangi sampai minimal. Tahap yang
kedua suhu meningkat, yaitu pembuluh darah berdilatasi, kelenjar keringat
biasanya tetap tidak aktif, proses metabolic ditingkatkan dan terdapatproduksi
panas yang lebih besar. Tahap yang ketiga suhu turun, yaitu kehilangan panas
lebih besar daripada produksi pana, dan keringat sangat banyak (Gibson,
2002:204).
IV.
METODE
PRAKTIKUM
4.1
Alat
a.
Termometer klinis
b.
Handuk/lap bersih
4.2 Bahan
a.
Kapas steril
b.
Alkohol 70%
c.
Air es
4.3 Cara Kerja
a.
Memasukkan
termometer kemulut probandus dibawah lidah. Karena menggunakan termometer
digital maka hanya perlu memencet tombol on untuk memulai mengukur suhu.
Setelah 10 menit, baca suhu yang
tertera pada termometer.
|
Mencatat
suhu pada masing-masing percobaan
|
Melalukan
seperti poin pertama tetapi sebelumnya probandus berkumur dengan air es
selama 1 menit, emudian membaca suhu setelah 5 menit dan 10 menit yang
tertera pada termometer.
|
Melakukan
seperti poin pertama, tetapi mulut sambil bernafas (menghembuskan dan
menghirup udara), membaca suhu setelah 5 menit dan 10 menit (tanpa menurunkan
suhu)
|
b.
Probandus
(orang percobaan) mengeringkan ketiaknya menggunakan handuk/lap bersih.
|
Menyelipkan
ujung termometer diketiak dengan lengan merapat kebadan, karena menggunakan
termometer digital maka tinggal memencet tombol on untuk memulai mengukur.
Setelah terdengar bunyi termometer baca suhu yang tertera di termometer.
|
Mencatat
suhu pada masing-masing percobaan.
|
V.
HASIL
PENGAMATAN
NO.
|
Nama Probandus
|
Umur
|
Tinggi
|
Berat Badan
|
Normal
|
Bernafas
(5 menit)
|
Setelah berkumur
(5 menit)
|
Ketiak
|
1.
|
Anna R.
|
18
|
159
|
48
|
36,6
|
37,3
|
35,8
|
35,9
|
2.
|
Mega A. P
|
19
|
146
|
35
|
36,5
|
36,8
|
35,6
|
35,9
|
3.
|
Purwoyudo
|
18
|
163
|
43,5
|
35,5
|
36,7
|
35,4
|
35,8
|
4.
|
Haiva
|
17
|
157
|
55
|
36,3
|
36,6
|
35,4
|
35,5
|
5.
|
Galuh P.
|
18
|
160
|
43
|
37,1
|
37,1
|
36,7
|
36,3
|
VI.
PEMBAHASAN
Suhu tubuh
adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Manusia termasuk dalam makhluk
homoiothermal, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan
berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Kulit memegang peranan
penting dalam mempertahankan suhu tubuh. Di dalam kulit terdapat jaring-jaring
pembuluh darah dan kelenjar keringat yang dikendalikan oleh hipotalamus melalui
saraf-saraf terutama saraf otonom. Di samping tentu adanya pengaruh kelenjar
endokrin walau masih belum jelas peranannya. Bila hipotalamus bagian belakang
menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh, maka pembentukan
panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot dengan cara
menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit mengecil dan
pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap
dipertahankan normal. Namun sebaliknya, Hypotalamus bagian depan merupakan
pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila Hypotalamus
bagian depan menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh, maka
pengeluaran panas ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan
menambah produksi keringat.
percobaan
pengikuran suhu manusia ini, bertujuan untuk mengetahui suhu badan makhluk
hidup homoiothermal. Disini kami menggunakan lima probandus, yaitu Anna R.
(probandus 1), Mega A. P (probandus 2), Purwoyudo (probandus 3), Haiva
(probandus 4) dan Galuh p. (probandus5). Dari kelima probandus memiliki
klasifikasi yang berbeda dari umur, tinggi badan dan berat badan. Dalam
pengecekan suhu tubuh, kami menggunakan dua tempat yaitu di ketiak, dan di
mulut tepatnya dibawah lidah. kedua tempat tersebut dipilih dalam melaksanakan
pengukuran suhu disebabkan karena tempat tersebut mendekati temperatur tubuh
yaitu sekitar 36ºC. Dan tidak menggunakan temperatur rektar (melalui dubur)
karena kurang praktis dan tidak estetis.
Pada
percobaan pertama yaitu pengukuran suhu normal yaitu di dalam mulut tepatnya di
bawah lidah dan di ketiak. Pada percobaan di dalam mulut tepatnya di bwah lidah
dimana awalnya termometer digital diletakkan di bawah lidah, lalu setelah 10
menit suhu di baca dan di catat. Data dari masing-masing prondus, yaitu
probandus 1 suhunya 36.6ºC, probandus 2 suhunya adalah 36.5ºC, probandus 3
suhunya adalah 35.5ºC, probandus 4 suhunya adalah 36.3ºC serta probandus 5
suhunya adalah 37.1ºC. Sedangkan pada
percobaan diketiak didapatkan data probandus 1 suhunya 35.9ºC, probandus 2
suhunya adalah 35.9ºC, probandus 3 suhunya adalah 35.8ºC, probandus 4 suhunya
adalah 35.5ºC serta probandus 5 suhunya adalah 36.3ºC. Dari data-data kedua
percobaan dikedua tempat, bahwa yang memiliki data yang relatih sesuai dengan
suhu normal manusia yaitu 36ºC yang menunjukkan lebih akurat adalah pada
percobaan pada temperatur aksilar (melalui ketiak). Hal ini sesuai dengan teori, bahwa temperature kulit badan kita tidak sama
di semua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara luar, temperature
semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar. Pada kedua temperatur tersebut mulut lebih banyak berhubungan dengan udara luar dibandingkan dengan ketiak,
sehingga suhunya juga lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Jika dibandingkan
dengan temperatur aksilar (melalui ketiak) lebih akurat daripada temperatur
oral (melalui mulut). Sedangkan jika dibandingkan dengan temperatur rektar
(melalui dubur) lebih akurat lagi daripada temperatur aksilar (melalui ketiak)
maupun temperatur oral (melalui mulut). Jadi uratan dari yang terakurat adalah
temperatur rektar (melalui dubur), temperatur aksilar (melalui ketiak) kemudian
temperatur oral (melalui mulut).
Pada percobaan pada temperatur oral (melalui
mulut) tepatnya di bawah lidah dengan bernafas selama 5 menit didapatkan data-data
sebagai berikut, probandus 1 suhunya 37.3ºC, probandus 2 suhunya adalah 36.8ºC,
probandus 3 suhunya adalah 36.7ºC, probandus 4 suhunya adalah 36.6ºC serta
probandus 5 suhunya adalah 36.7ºC. Berdasarkan data tersebut maka terjadi
kenaikan jika dibandingkan dengan temperatur probandus baik melalui oral
(mulut) maupun melalui aksilar yaitu dengan kenaikan pada probandus 1 yaitu 0.7ºC
, probandus 2 dan probandus 4 yaitu 0.3ºC , probandus 3 yaitu 1,2ºC dan
probandus 5 yaitu 0.8ºC. namun hal ini terjadi kesalahan. Seharusnya pada
percobaan ini terjadi penurunan suhu, karena suhu tubuh probandus melakukan penyesuaian dengan suhu tubuh di luar tubuh
yang memiliki temperature lebih rendah. Disini terjadi pertukaran panas tubuh dengan lingkungan secara konveksi,
yaitu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekeliling yang lebih
dingin. Udara yang berkontak dengan tubuh melalui mulut menjadi lebih hangat
dan karenanya menjadi lebih ringan dibanding udara dingin. Udara yang lebih
hangat ini bergerak ke atas dan digantikan dengan udara yang lebih dingin. Kesalahan
ini mungkin dapat disebabkan karena probandus berbicara ketika percobaan
sehingga proses pengambilan nafasnya tidak berjalan dengan baik, sehingga
justru suhunya mengalami kenaikan jika dibanding dengan suhu normal
masing-masing probandus. Pada percobaan ini kami juga melakukan untuk waktu 10
menit dan hasilnya relatih sama karena kami menggunakan termometer modern
dimana data hasinya relatif sama setelah terdengar bunyi termometer modernnya.
Percobaan
selanjutnya adalah pengukuran temperatur pada oral (melalui mulut) tepatnya di
bawah lidah dengan sebelumnya probandus telah berkumur dengan air es selama 1
menit didapatkan data sebagai berikut, probandus 1 suhunya 35.8ºC, probandus 2
suhunya adalah 35.6ºC, probandus 3 suhunya adalah 35.4ºC, probandus 4 suhunya
adalah 35.4ºC serta probandus 5 suhunya adalah 36.7ºC. berdasarkan data
tersubut menunjukkan bahwa terjadi penurunan suhu jika dibandingkan dengan suhu
normal masing-masing probandus dengan penuran data sebagai berikut, probandus 1
mengalami penurunan sebesar 0.8ºC , probandus 2 dan probandus 4 yaitu 0.9ºC ,
probandus 3 yaitu 0.1ºC dan probandus 5 yaitu 0.4ºC. Dari hasil pengukuran tersebut dapat kita simpulkan bahwa tubuh
menyesuaikan dengan keadaan suhu es yang ada di mulut, sehingga suhunya
menurun. Disini terjadi pertukaran panas
tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh dengan benda (dalam hal
ini air es) yang berbeda suhunya. Karena terjadi
kontak secara langsung. Sewaktu berkumur dengan air es, tubuh kehilangan
panasnya karena panas dipindahkan secara langsung ke air es yang suhunya lebih
rendah. Kemudian suhu oral, yang lebih rendah, yang diukur merupakan suhu
kesetimbangan. Ini artinya apabila suhu
lingkungan dingin, maka tubuh akan memproduksi panas yang berasal posterior
hipotalamus. Karena
dalam percobaan ini kami menggunakan termometer modern maka kami tidak dapat mengukur
suhu pada waktu 10 menit sehingga kami tidak dapat membuktikan bahwa setelah 10
menit itu tubuh akan menyesuaikan diri sehingga suhunya akan kembali relatif
normal. Bila benda dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh darah makin
berkontraksi sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai derajat
konstriksi maksimum pembuluh darah mulai berdilatasi. Dilatisi ini disebabkan
oleh efek langsung pendinginan setempat terhadap pembuluh itu sendiri.
Mekanisme kontraksi dingin membuat hambatan impuls saraf datang ke pembuluh
tersebut pada suhu mendekati suhu 0oC sehingga pembuluh darah
mencapai vasodilatasi maksimum.
Berdasarkan
semua percobaan dapat disimpulkan bahwa suhu pada masing-masing probandus hanya
mengalami sedikit kenaikaan atau penurunan, hal ini sesuai dengan teori bahwa
Manusia adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu
lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya (Soewolo dkk, 2005: 286-287). Suhu tubuh
manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.Banyak faktor yang dapat menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh.Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan
konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang
terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan
balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh
untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point).Titik tetap
tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 36°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu
dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga
suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan
suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat,
beri kompres, beri obat penurun panas. Ada beberapa teknik dalam memberikan
kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah,
kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering
(kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas.
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa faktor-faktor yaitu faktor
volume sel seperti tinggi badan dan tinggi badan, serta faktor usia, dijabarkan
sebagai berikut:
Volume sel
dalam tubuh manusia sangat berpengaruh dalam perubahan suhu tubuh karena
berpengaruh terhadap metabolisme.Volume sel ini berkenaan dengan tinggi badan
dan berat badan. Probandus yang berat dan tinggi, maka akan memiliki cadangan
lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan probandus yang kurus dan pendek.
Sehingga suhu tubuh probandus yang berat dan tinggi lebih hangat dibandingkan
yang kurus dan pendek.
Sedangkan probandus yang berjenis kelamin Pria memiliki suhu tubuh yang
lebih hangat dibandingkan yang perempuan, karena pengaruh hormone dan
aktivitas.Aktivitas seorang laki-laki biasanya lebih padat dibandingkan dengan
perempuan. Hormone
kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone
progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3– 0,6°C di
atas suhu basal. Jenis
kelamin mempengaruhi suhu tubuh. Kenaikan hormon progesterone selama proses
ovulasi pada wanita akan meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,5 °C. Begitu
juga estrogen dan testoteron akan meningkatkan metabolisme. Wanita biasanya
lebih mampu mempertahankan suhu tubuh dibanding pria. Namun dalam
percobaan ini justru berjenis kelamin pria memiliki suhu yang paling rendah
daripada yang lain, hai ini dapat disebabkan adanya pengaruh internal maupun
eksternal. Pengaruh internal dapat berupa kondisi fisik probandus yang sedang
dalam keadaan tidak baik. Sedangkan faktor luarnya dapat dikarenakan faktor
suhu lingukungan dan lain sebagainya.
Probandus yang ada dalam praktikum kali ini berada pada usia remaja, dan
suhu tubuhnya cenderung akan lebih normal dibandingkan dengan yang masih
kanak-kanak dan juga lansia.
Selain yang
didasarkan pada percobaan, ada juga beberapa faktor yang mempengruhi suhu tubuh
yaitu sebagai berkut:
1.
Kecepatan
metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda.Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.Sebagaimana
disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2.
Rangsangan
saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi
100% lebih cepat.Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak
coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.Hampir seluruh
metabolisme lemak coklat adalah produksi panas.Umumnya, rangsangan saraf
simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi
epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme. Selama
exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom
terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan
juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh
medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
3.
Hormone
pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkat.
4.
Hormone
tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia
dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5.
Demam (
peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
6.
Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 –
30%.Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan
untuk mengadakan metabolisme.Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi
mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan
lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak
merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
7.
Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan
(aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.Semakin
beratnya aktivitas maka
suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x
dari basal ratenya.
8.
Gangguan
organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan.Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan
suhu tubuh.Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga
dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
9.
Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu
juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia.Perpindahan
suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan
melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil
melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran
dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh.
Berikut ini
adalah mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat:
1. Vasodilatasi
Vasodilatasi
pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini
disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang
menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit,
yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga
delapan kali lipat lebih banyak.
2. Berkeringat
Pengeluaran
keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati
batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan
menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang
panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar.
Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat
melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran
impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke
seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic
kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga
dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
3. Penurunan pembentukan panas
Beberapa
mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat
dengan kuat.
Sedangkan mekanisme
tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu:
1. Vasokontriksi
kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi
terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
2. Piloereksi
Rangsangan
simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut
berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat
rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap
lingkungan.
3. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan
panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan
panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.
Pembentukan
panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat metabolisme
yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. BMR,
terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2. Aktivitas
otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.
3. Termogenesis
menggigil (shivering thermogenesis); aktivitas otot. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot
4. Termogenesis
tak-menggigil (non-shivering thermogenesis) Hal ini terjadi pada bayi baru
lahir.
5. Metabolisme
tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain,
misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
6. Metabolisme
tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis
pada sel.
7. Metabolisme
tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama
bila temperatur menurun.
VII.
PENUTUP
7.1
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan dapat disimpulkan bahwa manusia termasuk dalam makhluk
homoiothermal, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan
berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Pengukuran suhu manusia
dapat dilakukan di tiga tempat dari yang paling akurat yaitu temperatur rektar
(melalui dubur), temperatur aksilar (melalui ketiak) kemudian temperatur oral
(melalui mulut), keakuratannya di dasarkan pada banyak sedikitnya pengaruh dari
lngkungan.
Faktor-faktor yang mempegaruhi suhu tubuh manusia
adalah kecepatan metabolisme basal, rangsangan saraf simpatis, hormon
pertumbuhan, hormon tiroid, hormon kelamin, demam, status gizi, aktivitas,
gangguan organ, dan lingkungan.
7.2
Saran
Diharapkan
agar termometer yang digunakan percobaan lebih memadai, sehingga tidak
menggunakan satu termometer dalam dua percobaan, yaitu pada temperatur aksilar (melalui ketiak)
dan temperatur oral (melalui mulut), sehingga hal ini jauh lebih higenis.
DAFTAR PUSTAKA
Anfis.
2011. Suhu Tubuh. http://anfis-mariaproppy.com/2011/01suhu-tubuh.html
(diakses tanggal: 07 November 2015)
Campbell,
Neil A. 2010. Biologi Edisi Kedelapan
Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Fadillah,
H. 2009. Keliru, kompres anak demam
dengan air es/alkohol. http://203.130.198.30/artikel/1672.shml (diakses
tanggal: 07 November 2015)
Gibson,
John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern
untuk Perawat. Jakarta: EGC
Gullon,
L.A dan John. 1997. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC
Rahmawati,
Zuliana. 2010. 50 Reaksi Biologi.
Jakarta: Nectar
Soewolo,
dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang:
Universitas Negeri Malang
Syaifuddin.
2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Pembina,
Tim Dosen. 2015. Petunjuk Praktikum
Biologi Umum. Jember: Universitas Jember
Waluyo,
Joko. 2010. Biologi Umum. Jember:
Jember university Press
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar